Minggu, 15 April 2012

cubitan asmara



Terukirkan batu pualam
Berceritakan burung terbang
Seperti aku melayang dalam sangkar
Sebatas rendah saja aku bertengger

Dahan kayu yang terpotong tanpa cabang
Di sana aku bersimpuh lelah
Tak bisa keluar dari jerembab-nya fana
Terkekang tanpa daya
Amarah pun seraya sirna tanpa seberkas kata

Begitu lenyaplah sudah yang bersemayam di hati
Tanpa cinta lagi
Aku bernafas
Tanpa hingar bingar dunia lagi
Aku, menatap lemas
Tanpa berkelana jauh
Aku mencari…
Tak tersisa sekedar puing saja
Haus akan isyarat cinta yang gersang…

Berapa kilo harus didaki tanpa tali
Melewati tebing curam ditelan oleh panasnya mentari
Seberapa aku harus percaya pada bisik cinta
Yang aku tahu hanya sekedar dusta…

Tak bisa ku lihat…bagian belakang dari kepalaku
Tak bisa ku julurkan satu tangan untuk melingkar di perutku
Kedua mataku tak bisa melirik yang ada di lain tempat
Kecuali sebatas pandanganku

Hanya yakinku padamu
Hanya kepekaan dalam batinku
Hanya rindang dan subur cinta…bersemayam
Tapi aku tak memilikinya lagi
Lenyap sudah yang ku genggam
Menembus sangkar…
Sangkar ini membentengiku
Tak kan bisa kuraih lagi

2 komentar:

  1. keren puisinya sobat, i like this paragraf

    : "Tak bisa ku lihat…bagian belakang dari kepalaku
    Tak bisa ku julurkan satu tangan untuk melingkar di perutku
    Kedua mataku tak bisa melirik yang ada di lain tempat
    Kecuali sebatas pandanganku"


    and salam kenal sobat

    BalasHapus